Mengunyah pinang adalah salah satu faktor risiko utama kanker mulut, dengan risiko besar yang dilaporkan dalam penelitian yang membandingkan pengunyah sirih dan yang tidak pernah menggunakan sirih, dan telah dievaluasi sebagai karsinogen kelompok 1 oleh Badan Internasional untuk Penelitian Kanker. Data dari meta-analisis berkualitas tinggi yang memeriksa perkiraan risiko disajikan dalam bentuk ringkasan dengan informasi tambahan dari penelitian yang lebih baru. Risiko kanker mulut meningkat sesuai dengan respons dosis terhadap jumlah harian makanan yang dikonsumsi dan lamanya waktu mengunyah.Di Papua New Guinea budaya makan pinang sudah ada sejak moyang. Namum makan pinang hanya dilakukan saat menggelar acara sakral atau bersifat adat. Kini di negara tersebut pinang atau yang disebut dengan "buai" sudah menjadi tradisi. Dari anak kecil hingga dewasa makan pinang siang maupun malam. Akibat hal tersebut dari beberapa penelitian mengungkap bahwa pinang dapat menyebabkan kanker mulut.
Dengan melonjaknya angka kanker mulut, Papua New Guinea berjuang untuk mengendalikan kecanduannya yang semakin meningkat. Dulunya hanya diperuntukkan bagi acara sakral, kini hampir separuh masyarakat Papua Nugini mengunyah pinang. Anak-anak berusia enam tahun biasanya mengunyahnya, dan para pecandu mengaku menggunakan narkoba tersebut setiap hari dari pagi hingga malam.Sementara di China, Negara ini melarang warganya mengkonsumsi pinang dan melarang iklan buah pinang di negara tersebut. Mengunyah buah pinang merupakan kebiasaan sebagian besar orang China. Berdasarkan sejumlah penelitian dan bukti yang ada, buah pinang mengandung bahan kimia yang bersifat karsinogen dan menjadi penyebab kanker mulut. Administrasi Radio dan Televisi Nasional China melarang iklan pinang di radio, televisi, dan acara online.
Pinang kerap dibandingkan dengan kafein, tembakau, dan alkohol karena bersifat adiktif. Studi yang dipublikasikan di PLOS One menunjukkan bahan kimia di pinang merangsang reseptor yang sama di otak yang menyebabkan kecanduan nikotin. International Agency for Research on Cancer memasukkan pinang dalam daftar karsinogen atau penyebab kanker pada manusia. Laporan The Lancet menunjukkan dari 8.222 orang dengan kanker mulut di provinsi Hunan, 90 persen diantaranya adalah pengunyah pinang. Hunan merupakan provinsi dengan pabrik pinang dan konsumsi pinang terbanyak di China.
Selain kasus kanker mulut karena mengunyah pinang di Papua New Guinea dan negara lainnya di Asia Pasifik. Di tanah Papua pinang justru menjadi obat untuk cuci mulut. Dikatakan bahwa makan pinang dapat menguatkan gigi dan gusi. Budaya makan pinang di Papua adalah budaya masyarakat pesisir pantai. Namun belakangan budaya ini menjalar ke seantero Papua termasuk Papua Pegununungan yang tidak dapat menemukan pohon pinangnya.
Hingga pada saat ini belum ada penelitian di Tanah Papua tentang kanker mulut atau gangguan kesehatan mulut dan tradisi makan pinang. Perlu adanya penelitian kesehatan di bidang ini agar tradisi makan pinang dapat disesuikan antara budaya dan kesehatan/ oral hygine.